Rabu, 26 Oktober 2016

Sehari di Dua Kelinci

PATUNG-PATUNG kelinci yang lucu menyambut kami saat memasuki kawasan pabrik. Hewan itu memang menjadi maskot pabrik kacang terbesar di dunia, kalian tahu pabrik apa itu? Ya benar, PT Dua Kelinci! Pasti sobat pun sudah akrab mendengarnya karena banyak produk yang dihasilkan di pabrik itu jadi jajanan kalian sehari-hari.
Selasa (10/5) Medi bersama 56 peserta Media Anak Jelajah yang diselenggarakan untuk kedua kalinya mengikuti Wisata Industri Pabrik Dua Kelinci di Pati, Jawa Tengah. Kami mengeksplorasi proses pengolahan salah satu produk Dua Kelinci, yakni kacang. Penasaran? Yuk cari tahu bareng Medi!
Pabrik terbesar
Dua Kelinci, apa yang sobat pikirkan mendengar nama perusahaan ini? Pasti kalian mengira dulunya terinspirasi dari keberadaan kelinci di pabrik itu, kan? Ternyata dugaan kita salah, lo. Menurut Pak Muhammad Ridwan sebagai Senior Manager of Public Relations of PT Dua Kelinci, nama tersebut diambil karena hewan itu lucu.
"Kelinci itu kan hewan yang lucu dan imut; jika melahirkan, anaknya pun banyak. Harapannya pabrik ini akan mendapatkan untung banyak dan terus berkembang," kata Pak Ridwan di depan para peserta Media Anak Jelajah. Benar sekali sobat, makna nama itu pun terjadi. Sejak didirikan pada 1982 oleh Bapak Hadi Sutiyono, pabrik itu terus berkembang. Produknya kini bukan hanya untuk masyarakat Indonesia, melainkan juga sudah diekspor ke berbagai negara, lo! "Bukan hanya masyarakat Indonesia yang menyukainya. Orang Eropa hingga Amerika juga suka. Jadi, produk Dua kelinci ini sudah dapat ditemui di banyak negara," kata Pak Calis, pemandu PT Dua Kelinci. Wah, keren, ya? Tak mengherankan, nih, pabrik ini menjadi pabrik kacang terbesar di dunia.
Pengolahan kacang
Truk-truk pengangkut kacang dari petani lokal Indonesia berdatangan saat kami mulai berkeliling ke pabrik. Kata Pak Calis, setiap harinya PT Dua Kelinci menerima minimal 700 kg kacang. "Petani-petani yang ada di Indonesia menyetorkan kacang kepada kami. Sehari minimal kami akan menerima 700 kg," kata Pak Calis. Setelah melalui proses perontokan akar dan tanah yang menempel, kacang itu pun dicuci hingga bersih. Baru, deh, kacang direbus bersama garam selama 8-10 menit dalam suhu 100-120 derajat celsius. Selanjutnya, kacang itu harus dikeringkan selama 10-12 jam hingga mendapatkan kadar air 6%-8%.
"Setiap jam akan dilakukan pembolak-balikan kacang agar merata dan tidak gosong," kata Pak Calis, sambil memperlihatkan alat pengeringnya yang super besar. Selama berjalan ke bagian dalam pabrik, kami bertemu dengan para pekerja di sini, lo. Mereka sedang memilah kualitas kacang. Kacang gosong, berlubang, atau jelek langsung dibuang. Nantinya pun kacangkacang itu akan dibedakan menjadi dua kualitas.
Prosesnya belum selesai, nih, sobat. Kacang harus dioven selama 48 jam dengan suhu 80-90 derajat celsius untuk mendapatkan kacang yang garing dan gurih. Lalu kacang tersebut pun melalui sortir final untuk membuang kotoran atau benda asing, hingga siap untuk dikemas.
Nah, perjalanan Media Anak Jelajah kali ini seru, kan? Selain mengeksplorasi pabrik, Sobat Medi pun berkenalan lebih akrab dengan halaman Media Anak, mengikuti pemaparan tentang dasar-dasar jurnalistik hingga teknik wawancara. Tak hanya menyantap, tapi kita pun mengetahui cara pengolahannya, yang tentunya higienis dan sehat.(Suryani Wandari/M-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar